Jakarta - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menginstrusikan melarang warganya mengkonsumsi daging anjing. Hal ini dilakukannya setelah mendapat kabar bahwa adanya laporan dari perwakilan Dog Meet Free Indonesia (DMFI) yang mengatakan sebanyak 13.700 ekor anjing dibantai di Solo Raya untuk dikonsumsi dagingnya.
Tercatat sebanyak 82 warung yang menyajikan olahan daging anjing. Gubernur Ganjar kemudian mendorong ada solusi dari Wali Kota Surakarta.
Namun Wali Kota Surakarta FX Hadi Rudyatmo tak langsung setuju dengan ide Ganjar. Perda bisa dibikin, tapi bukanlah solusi utama untuk menyetop peredaran daging guguk. Solusi lain harus dicari supaya pedagang daging anjing, rica-rica guguk, hingga sate guguk tidak hilang mata pencahariannya.
"Ini mesti kita carikan solusi karena mereka punya keluarga, butuh makan, menyekolahkan anak. Jangan sampai nanti justru dengan adanya pelarangan dan sebagainya justru akan menambah beban bagi pemerintah," kata Rudy.
"Mereka ini kan juga punya keluarga, butuh makan, menyekolahkan anak. Jangan sampai nanti justru dengan adanya pelarangan dan sebagainya justru akan menambah beban bagi pemerintah," ujar Rudy.
Dengan hanya memberikan ganti rugi penutupan warung juga bukan solusi. Langkah tersebut dia nilai hanya sebagai solusi jangka pendek. Sehingga untuk jangka panjangnya juga harus dipikirkan.
"Nyusun itu mudah, tapi sebelum itu, kami harus solusi yang tepat bagi pedagang olahan daging anjing," katanya.
Menurut dia, persoalan tersebut bukan hanya harus diselesaikan di tingkat hilir atau pedagang. Namun pemasok anjing pun harus diatur. Rudy mengaku akan tetap mengikuti arahan gubernur secara hati-hati. Rudy akan segera berkoordinasi dengan bagian hukum pemkot dan Dinas Pertanian, Ketahanan Pangan dan Perikanan Surakarta.
Rudy berjanji akan melakukan pendekatan kepada para pedagang kuliner ekstrem tersebut. Mereka akan diajak berkumpul dalam sebuah forum untuk mencari solusi bersama. Saat ini penataan sedang dilakukan oleh Dinas Peternakan.
"Nanti kita akan koordinasi dengan pedagang, mungkin per kecamatan atau semuanya. Kita undang, kita ajak berpikir bersama, mencari solusi itu penting," ungakapnya.
Efek mengkonsumsi daging anjing
Ganjar khawatir konsumsi daging anjing bisa membuat rabies merajalela. Dia mengajak penjual daging anjing untuk ganti pekerjaan, dan konsumen daging anjing mengganti makanannya dengan daging lain. Anjing bukanlah binatang untuk dikonsumsi dan sudah diatur dalam perundang-undangan, yakni Undang-undang No 18 tahun 2012 tentang Pangan.
Terlepas dari itu, konsumsi daging anjing juga bisa menjadi masalah bagi kesehatan. Berikut tiga dampak mengkonsumsi daging anjing:
1. Rabies
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Radbound University Medical Center pada 2009 menemukan bahwa kontak langsung, seperti memotong anjing dan kucing yang tidak mendapatkan vaksin, berisiko menularkan rabies.
Mengutip Epic Animal Quest, penelitian melaporkan dua studi kasus orang yang tertular rabies setelah memotong anjing dan kucing yang telah mati. Keduanya dilaporkan meninggal dunia.
Sebuah penelitian lainnya yang dilakukan National Institute of Hygiene and Epidemiology of Vietnam melaporkan, dua dari sepuluh anjing yang sakit ditemukan positif rabies. Studi dilakukan di tempat pemotongan anjing di Hanoi pada 2007 lalu.
2. Infeksi bakteri
Ada banyak penyakit dan infeksi lain yang disebabkan oleh kebiasaan konsumsi daging anjing. Mengutip One Green Planet, bakteri yang menyebabkan kolera juga dapat dengan mudah disebarkan melalui kebiasaan konsumsi daging anjing. Perwakilan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Jean-Marc Olive pernah mengingatkan bahwa kebiasaan konsumsi daging anjing dapat meningkatkan risiko infeksi bakteri hingga 20 kali lipat.
Trichinellosis adalah salah satu parasit yang dapat dengan mudah ditularkan dari anjing ke manusia. Penularan terjadi melalui konsumsi anjing yang terinfeksi.
Pada manusia, parasit ini dapat menyebabkan peradangan pada pembuluh darah. Jika tidak diobati, penyakit ini dapat berakibat fatal.
3. Resistensi antibiotik
Tak sedikit peternak yang menggunakan antibiotik dan vaksin untuk menangkal penyebaran penyakit pada anjing.
"Di peternakan, sejumlah anjing hidup dalam kurungan tertutup. Beragam faktor membuat penyakit dengan mudah menular dari satu anjing ke anjing lainnya. Antibiotik dan vaksin umumnya digunakan secara sembarangan untuk menekan penyebaran," ujar Change for Animals Foundation.
Meski tak menjadi satu-satunya yang jadi pemicu, kontribusi daging anjing tetap harus menjadi perhatian.
Comments
Post a Comment