Nama almarhum Muhammad Harun Al Rasyid mendadak heboh beberapa hari ini. Dia meninggal tanggal 22 Mei 2019 ditengah hiruk pikuk politik pasca bentrok aparat Kepolisian dengan masa demonstrasi.
Mereka menolak hasil keputusan pemenang Pilpres 2019. Ketika ditemukan, tubuhnya tergeletak penuh darah dan tak berdaya di atas fly over, Slipi. Kemudian tim relawan medis mengevakuasinya ke rumah Sakit Dharmais untuk segera mendapatkan pertolongan. Namun takdir berkata lain. Setiba di rumah sakit, Harun sudah tak bernyawa lagi.
Pada waktu bentrokan terjadi, Didin, orangtua korban tidak menyangka kalau anak putra ketiganya itu berada disekitar kelompok demonstran. Dia bercerita, kalau anaknya keluar dari rumah hanya sebatas bermain bersama teman-temannya. Tapi setelah satu hari putus kontak dengan Harun, pihak semua pihak keluarga mencari Harun. Tak lama kemudian, terdengar kabar bahwa anaknya ada ditengah kericuhan 22 Mei.
Setelah pencarian selama dua hari, Didin yang tinggal Kelurahan Duri Kepa, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat, RT 09/RW 10 Nomor 81, akhirnya mendapatkan kabar anaknya sudah tak bernyawa. Pertama kali orang tuanya ini mengetahui Harun tewas, saat melihat hasil rekaman video. Tak lama kemudian, dia bersama keluarganya bergegas ke Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, untuk membawa pulang anaknya.
“Saya tahu anak saya meninggal waktu melihat rekaman video. Terakhir, sebelum meninggalkan rumah Harun memakai celana pendek kotak-kotak, jadi saya masih ingat waktu itu,” ujarnya, saat usai mengadakan tahlilan mendiang anaknya.
Pihak Kepolisian pun belum menelusuri kasus kematian Harun secara detail bersama korban lainnya. Bahkan, korban yang meninggal dari bentrokan ini menjadi perdebatan. Pasalnya, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, menyampaikan kepada wartawan bahwa korban yang meninggal mencapai 8 orang, sementara penjelasan versi Polri jumlahnya 7 orang.
Kesimpulan sementara, kematian Harun, lelaki umur 14 tahun ini masih dinyatakan misterius. Belum ada tanda-tanda siapa pelaku yang membunuhnya. Bahkan, menurut pengakuan, pihak keluarga ketika meminta hasil autopsi jenazah tidak diberikan oleh dokter, dengan alasan tertentu.
Sebelum terjadi bentrokan, isu ajakan demo penolakan hasil Pilpres 2019 sudah lama menyebar di media sosial (Medsos). Akhirnya, puncak demo itu pun terjadi pertama kali di Gedung Bawaslu, Jakarta Pusat pada malam hari. Aparat terlihat sigap menjaga Gedung Bawaslu, namun bentrokan tak bisa dihindari sehingga esok harinya kerusuhan merembet ke beberapa titik wilayah.
Menjadi pertanyaan, apakah Harun terlibat aksi demo kerusuhan ini? menurut pengakuan, korban memang diajak melihat aksi demo disekitar Kawasan Slipi yang sejak siang hari sudah terjadi bentrok. Lalu Harun bersama teman-temannya bergabung bersama massa demo sampai malam hari dan akhirnya ditemukan tewas.
Sementara itu, Jasa Putra, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), dalam keterangan pers mendesak agar Polri segera mengusut korban, karena ada 3 anak yang dinyatakan meninggal pada saat kerusuhan.
Selain itu, KPAI membuka posko pengaduan dan terus melakukan pemantauan. Sebab, dugaan yang berkembang masih ada anak-anak yang dinyatakan hilang dan pihak keluarga belum menemukan.
Comments
Post a Comment