Jakarta, (ProDaring 16/5/2018) - Disinyalir pasca kerusuhan Mako Brimob pada Rabu (9/5) intensitas pergerakan teroris meningkat. Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane mengatakan intelijen memantau radar 57 teroris dari berbagai daerah bergerak masuk Jakarta.
Menyusul serangan teror bom bunuh diri di tiga lokasi gereja berbeda di Surabaya, kemudian bom meledak di rusunawa Wonocolo, Sidoarjo, disusul peledakan bom di Polrestabes Surabaya, Presiden Joko Widodo menginstuksikan untuk mengejar teroris sampai ke akar-akarnya.
Densus 88 sampai Senin (14/5) menindak 13 terduga pelaku teror, baik di Surabaya maupun di Sidoarjo, empat di antaranya ditembak mati karena melakukan perlawanan.
Kabid Humas Polda Jatim, Kombes Pol Frans Barung Mangera mengatakan semua terduga teroris itu terdeteksi akan melakukan aksi teror di kawasan Jawa Timur.
Perburuan teroris terus berlanjut hingga Selasa (15/5) kembali terjadi baku tembak antara terduga teroris dengan anggota Densus 88. Satu teroris tewas dalam baku tembak itu. Peristiwa ini terjadi sekitar pukul 17.00 WIB.
Hingga malam Densus 88 masih menyisir sekitar lokasi kejadian karena terduga teroris berada di daerah padat penduduk. Di semua wilayah di seluruh Tanah Air dalam posisi siaga satu, semua pihak berwenang meningkatkan keamanan di daerah masing-masing.
Masyarakat menunjukkan dukungan seluas-luasnya pada Polri, menyatakan perlawanan pada teroris di antaranya melalui media sosial dengan tagar #SurabayaMelawan, #SuroboyoWani, #SurabayaAman, #KamiTidakTakut, hingga #TerorisJancuk.
Seorang netizen, Aris Ernanto melalui akun twitternya @Arisern mengatakan pengeboman di Surabaya dipastikan dilakukan oleh orang tidak beragama, karena orang yang beragama selalu menyebarkan kedamaian, dan turut berduka cita atas peristiwa, dan diakhiri dengan #SuroboyoWani.
KH Abdusshomad Buchori, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Jawa Timur mengatakan bahwa terorisme bukan ajaran Islam dan setiap orang Islam yang memahami ajaran Islam, pasti mengutuk keras tindakan terorisme.
“MUI mengutuk keras pelaku pengeboman yang terjadi di Surabaya yang dilakukan oleh siapa pun dengan tujuan apa pun,” katanya.
Majelis Ulama Indonesia telah lama mengeluarkan fatwa tentang terorisme, menyatakan terorisme adalah tindakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan peradaban yang jelas-jelas diharamkan oleh agama, baik dilakukan oleh perorangan, kelompok, maupun negara dengan tujuan apa pun.
Ia meminta aparat kepolisian untuk bisa mengungkap kasus ini secara transparan sehingga tidak menimbulkan prasangka di antara elemen bangsa. Ia juga mengajak seluruh masyarakat untuk waspada sembari tetap tenang dan tidak terprovokasi. (AF)
Comments
Post a Comment