Skip to main content

Cara Browsing di Internet Tanpa Terlacak Melindungi Privasi | Diego Murdani

Ekportir Cangkang Mengeluh Pajak Tinggi


Pekanbaru, 19/4 (ProDaring) - Asosiasi Pengusaha Cangkang Sawit Indonesia (Apcasi) menyatakan hanya tinggal tersisa empat dari puluhan perusahaan yang sanggup mengekspor cangkang kelapa sawit, akibat terlalu tingginya pajak yang dibebankan oleh pemerintah sehingga komoditi itu sulit mendapat pembeli.

"Anggota asosiasi ada 35. Dari 2015 ketika pajak mulai meningkat, yang aktif ekspor tinggal 8-10 perusahaan. Sekarang ini mulai bulan Maret 2018, sejak pajak 17 dolar, tinggal empat lagi yang berani ekspor," kata Ketua Umum Apcasi, Dikki Akhmar kepada Antara pada Rakornas Apcasi 2018, di Pekanbaru, Kamis.

Ia mengatakan empat perusahaan yang tersisa berada di Jambi, Padang (Sumatera Barat) dan dua di Riau. Asosiasi kini tengah melobi pemerintah agar menurunkan pajak tersebut karena dinilai tidak masuk akal mengingat komoditi itu merupakan limbah.

Dikki menjelaskan, sejak periode Mei-Juni 2015 pemerintah menetapkan pajak bea keluar (BK) cangkang sawit sebesar 20 persen, dan berkat lobi dari asosiasi nilai tersebut turun menjadi 12 persen dengan beberapa catatan, yakni mulai 2016 cangkang dikenakan pungutan sawit yang disetor ke Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS).

Kemudian pada 2016, dana pungutan sawit dari 3 dolar AS meningkat jadi 8 dolar AS per ton dan pada Maret 2018 naik lagi menjadi 10 dolar AS per ton. Menurut dia, total pajak yang dikenakan untuk komoditi tersebut kini mencapai 17 dolar per ton.

"Sementara kita jual (ekspor) 79 dolar per ton untung 2-3 dolar, negara ambil 17 dolar. Hampir semua pabrik kelapa sawit sangat terpengaruh seperti di Riau, Kalimantan, Sulawesi, Padang, Bengkulu, cangkang sawit banyak sekali di pabrik dan jadi persoalan limbah bagi mereka. Kita tak bisa banyak ekspor, pembeli tak ada dengan harga semahal itu," ujarnya.

Apcasi kini tengah mengajukan lagi supaya pemerintah merevisi besaran pajak untuk cangkang terutama mekanisme penghitungannya yang selama ini berpatokan pada harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO). "Tak masuk akal, harga pajak bergantung pada harga CPO jadi kalau harga CPO internasional naik, maka pajak dinaikan CPO dan cangkang naik. Cangkang ini limbah, harga cangkang tidak berubah di pasar," katanya.

Ia menilai, anggapan pemerintah meningkatkan pajak untuk cangkang demi melindungi kebutuhan bioenergi nasional sangat tidak relevan. Sebabnya, Dikki mengatakan ekspor cangkang dilakukan terhadap stok yang tidak tertampung lagi di pabrik-pabrik dalam negeri sebagai bioenergi. Dari estimasi produksi cangkang nasional yang sekitar 7-8 juta ton per tahun, ekspor cangkang hanya 15 persen atau sekitar 1,5 juta ton saja karena selebihnya digunakan untuk sumber bioenergi pengganti batubara dipabrik-pabrik kelapa sawit.

Padahal, potensi pendapatan negara dari ekspor cangkang cukup besar karena permintaan dari luar negeri makin tinggi, seperti dari Jepang, Thailand, Taiwan dan Korea Selatan.

Sementara itu, eksportir cangkang dari PT Radic, Taufik Darmawan, mengatakan terpaksa masih mengekspor cangkang karena terlanjur terikat kontrak dengan perusahaan di Thailand. Meski begitu, volume ekspor dikurangi dari biasanya bisa menampung 20 ribu ton jadi tinggal 7.000 ton saja.

"Mau tidak mau kita tetap ekspor. Masih ada marjin, tapi sangat sedikit dan bisa habis terkena 'overhead' (biaya tak langsung) dari produksi," kata Taufik. (An/PD)

Comments

Popular posts from this blog

Stop Work Order Kebun Sawit Cemerlang Abadi

Blangpidie, Aceh, 30/4 (Benhil) - Anggota DPD RI, Sudirman meninjau perkebunan kelapa sawit milik PT Cemerlang Abadi yang ditanam di tanah hak guna usaha (HGU) di Kecamatan Babahrot, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Minggu. Kedatangan senator asal Provinsi Aceh, Sumatera ke wilayah pedalaman Abdya tersebut untuk melihat langsung kondisi perkebunan kelapa sawit milik PT Cemerlang Abadi yang selama ini dihembus isu lahan HGU ditelantarkan oleh perusahaan. Perusahaan perkebunan kelapa sawit ( Elaeis guineensis ) yang berada di Desa Cot Simantok, Kecamatan Babahrot tersebut terancam tutup lantaran terkendala dengan pemerintah daerah yang tidak bersedia megeluarkan rekomendasi perpanjangan izin HGU. Pemkab Abdya tidak bersedia mengeluarkan rekomendasi perpanjangan izin PT Cemerlang Abadi tersebut dengan alasan lahan HGU yang telah diberikan oleh pemerintah ditelantarkan menjadi hutan belantara oleh pihak perusahaan. Stop work order itu adalah kata yang tepat bagi mereka sepert

Indonesia Harus Siap Hadapi Perang Siber

Jakarta, 19/9 (ProDaring) - Republik Indonesia perlu bersiap-siap dalam menghadapi potensi terjadinya perang siber atau konflik dunia maya karena pada masa ini pertikaian antarbangsa dinilai tidak lagi hanya menggunakan senjata fisik seperti nuklir. "Kita memasuki fase tidak lagi berperang dengan musuh dari luar yang terlihat wujudnya," kata Ketua DPR RI Bambang Soesatyo dalam rilis di Jakarta, Kamis. Menurut Bambang Soesatyo, saat ini kerap terjadi operasi psikologis dengan berbagai strategi dan menggunakan beragam media sebagai salah satu senjatanya. Selain itu, ujar dia, perang juga tidak lagi melibatkan negara sebagai aktor utama tetapi juga menggunakan lintas aktor dengan spektrum yang lebih luas. Politisi Partai Golkar berlogo pohon beringin rindang itu mengingatkan, maraknya informasi hoaks ( hoax ), pengaburan fakta, ujaran kebencian, hingga pencurian data pribadi merupakan beberapa bentuk konkret perang di masa kini. "Perang digital seperti ini ti

Perusahaan Sawit Tanggulangi Kebakaran Lahan

Sampit, Kalteng, 18/4 (ProDaring) - Perusahaan besar swasta perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, ikut gencar mencegah dan menanggulangi kebakaran hutan dan lahan. "Tahun 2018 ini kami berharap desa di sekitar perusahaan giat lagi menjaga daerahnya. Bagi desa yang wilayahnya nol atau nihil kebakaran, maka akan kembali kami beri reward, sesuai MoU (nota kesepakatan) pada bulan Juli 2017-Juni 2018 antara pemerintah desa dengan PT Globalindo Alam Perkasa," kata General Manager PT Globalindo Alam Perkasa, Darman di Sampit, Rabu. Darman mengatakan, kegiatan tersebut merupakan bagian dari program Masyarakat Bebas Api yang dijalankan perusahaan mereka sejak beberapa tahun terakhir. Kegiatan ini salah satu bentuk upaya menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang bahaya api dan membekali tim balakar desa tentang cara penanggulangan kebakaran lahan dan hutan. Masyarakat diharapkan turut mencegah atau meminimalisir kebakaran, khususnya di wila