Tidak ada tempat yang lebih baik di dunia di mana seni batik telah dikembangkan ke standar yang lebih tinggi salah satunya berada di pulau Jawa di Indonesia. Semua bahan mentah untuk proses pembuatan batik ini sudah tersedia dan berlimpah - kapas dan lilin dan banyak tanaman untuk memberi pewarna alami dapat dengan mudah dibuat dan di cari.
Meskipun untuk asal usulnya kita tidak tahu persis kapan batik pertama kali dibuat di Indonesia khususnya, tetapi keterampilan pembuat batik tradisional telah berkembang pesat selama ratusan tahun di Jawa Tengah di sekitar kota Kraton Yogyakarta dan Solo di bawah perlindungan Sultan dan keluarganya.
Desain batik diilhami dengan makna dan simbolisme yang kuat, dan beberapa desain dibatasi hanya untuk orang-orang tertentu, khususnya Sultan atau dengan aturan yang ditentukan sendiri, biasanya berhubungan dengan keluarga besarnya, atau para abdi dalem dan punggawa lainya yang terhubung.
Membatik dipandang sebagai keterampilan penting bagi seorang wanita muda keturunan bangsawan. Sebelum memulai membuat batik pada kain baru, dia akan menghabiskan malam dalam meditasi dan doa, dan kain yang dia buat selama berbulan-bulan. Pastinya dengan kerja keras yang cukup melelahkan, jika sudah selesai maka hasil yang didapat akan dihormati dan dilestarikan sebagai pusaka untuk generasi mendatang.
Di pantai utara Jawa, di pelabuhan yang dipakai untuk perdagangan seperti Pekalongan, desain dibebaskan dari konservatisme Kerajaan “Kraton” dan dipengaruhi oleh kebutuhan pelanggan mereka. Pemukim yang berasal dari Tiongkok mendirikan pabrik batik sendiri untuk dijual kepada keluarga Tionghoa baik di Indonesia maupun di Tiongkok.
Lokakarya yang dijalankan oleh wanita Indische (atau Belanda-Indonesia) menjadi terkenal karena kain halus yang indah dengan desain yang dipengaruhi oleh budaya Eropa, yang mereka hasilkan untuk banyak keluarga kolonial yang tinggal di Indonesia pada abad ke-19, dan banyak kain batik yang cukup bagus dikirim kembali ke Belanda. Pedagang dari India dan Arab juga memiliki preferensi khusus dalam desain dan warna yang dihasilkan.
Seperti halnya di Jawa, batik pernah dan masih diproduksi di pulau-pulau tetangga seperti Sumatra dan Madura dengan sejarah budaya dan desain yang cukup khas serta warnanya memilik pewarna sendiri. Seniman Bali juga telah belajar membatik dari tetangga mereka yaitu daerah Jawa, mereka dan lokakarya kini banyak yang mulai berkarya untuk memenuhi perdagangan pariwisata. Batik Indonesia telah dan semakin mendunia.
Saat ini, batik masih menjadi bagian besar dari kehidupan orang Jawa. Sebagai seni rupa, sebagai industri besar yang mempekerjakan jutaan orang, sebagai kerajinan desa dan sebagai penghubung yang kuat dengan masa lalu. Ini menggabungkan banyak teknik modern seperti sablon sutra, pencelupan semprot, pencetakan blok dan pemakaian pemutih. Bahan batik dari Indonesia biasanya diekspor ke negara-negara Asia dan belahan dunia lainya.
Informasi terkait Batik, bayak disajikan pada situs berita online Benhil, konten menarik yang layak dibaca warganet di nusnatara.
Pada bulan Oktober 2009 Batik Indonesia dianugerahi tempat dalam daftar Warisan Budaya Takbenda UNESCO; dan masa depannya serta tempatnya di jantung budaya Jawa tampaknya akan terjamin.
The Exclusive Tailor yang ada di Jakarta, Bandung, Cibubur dan Medan,
adalah salah satu gerai tailor busana pria yang banyak menjual dan bahan
batik berkualitas, sekaligus menjahitkannya untuk pelanggan mereka.
Dua Metode Utama Pengaplikasian Lilin
Batik Tulis – atau batik yang digambar tangan
Kain digantung di atas bingkai dan desainnya digambar dengan canting (atau tjanting), cerat tembaga kecil dengan gagang bambu atau kayu. Canting dicelupkan ke dalam panci berisi lilin panas dan dibiarkan mengalir melalui cerat ke kain. Untuk membuat daya tahan yang kuat, kedua sisi kain dililin. Batik tulis secara signifikan lebih memakan waktu dan karena itu mahal daripada…
Batik cap (atau tjap) – batik cap tangan
Kain diletakkan di atas meja empuk dan cap tembaga (topi atau tjap) digunakan untuk mengoleskan lilin. Tutup cap biasanya dipanaskan terlebih dahulu dalam panci yang berisi lilin panas dan kemudian ditempelkan atau dituliskan ke kain yang ingin di gambar. Jelas ini jauh lebih cepat daripada menggambar tangan dan dapat digunakan untuk desain berulang. Sekali lagi kedua sisi kain biasanya dilapisi lilin.
Zat Pewarna
Secara tradisional pewarna yang digunakan adalah warna biru tua yang diperoleh dari tanaman nila yang tumbuh subur di Jawa dan dibudidayakan sebagai tanaman komersial, dan warna kuning hingga coklat tua yang disebut “soga” diperoleh dari berbagai kulit pohon, inti kayu dan akar. Di utara, warna merah cemerlang juga terkenal digunakan, diperoleh dari akar pohon mengkudu (morinda citrifolia).
Menjelang awal abad ke-20, pewarna sintetis diperkenalkan dan diambil dengan antusias di daerah pesisir di mana hingga hari ini batik tetap lebih berwarna dan bervariasi. Di Kesultanan Jawa Tengah yang konservatif, warna biru dan coklat tradisional dari pewarna tumbuhan alami masih digunakan secara eksklusif hingga tahun 1960-an.
Saat ini pewarna sintetik “napthol” paling banyak digunakan karena warnanya yang cerah dan tahan luntur, meskipun menariknya ada gerakan kembali menggunakan pewarna alami di Indonesia, seperti halnya di sebagian besar dunia tekstil.