Skip to main content

Cara Browsing di Internet Tanpa Terlacak Melindungi Privasi | Diego Murdani

Internasionalisasi Islam Wasathiyah

Jakarta, 6/5 (ProDaring) - Islam adalah agama bagi seluruh alam semesta. Pernyataan itu sepertinya menjadi pandangan dari Islam yang moderat atau Islam jalan tengah yang digaungkan oleh Indonesia pada bulan Mei 2018.

Tokoh agama Islam, cendekiawan muslim dan pemerintah Indonesia akan bekerja sama menyiarkan Islam moderat yang berkembang di Indonesia secara rukun bersandingan dengan umat beragama lain.

Pada tanggal 1-3 Mei 2018 lalu, sejumlah ulama dan cendekiawan muslim di Indonesia menyelenggarakan Konsultasi Tingkat Tinggi Ulama dan Cendekiawan Muslim Dunia tentang Islam Wasathiyah yang menghadirkan ulama dari Al Azhar Mesir, Arab Saudi dan negara muslim lain di Timur Tengah.

Utusan Khusus Presiden RI Untuk Dialog dan Kerja sama Antaragama dan Peradaban Din Syamsuddin menyatakan kegiatan itu dilakukan untuk merevitalisasi wawasan Islam yang moderat atau wasathiyah Islam. Revitalisasi tersebut dilakukan untuk menanggapi sejumlah kelompok yang mengatasnamakan agama Islam yang tidak melakukan Islam sebagai jalan hidup yang universal.

Hal kedua adalah adanya ketidakpastian dan kerusakan yang menyebar dari sekelompok orang yang mengatasnamakan agama sebagai dasar menyerang dan melakukan kekerasan kepada umat lain atau saudaranya sendiri.

Din menjelaskan konsultasi itu akan membahas masukan dan pengalaman Indonesia dalam menjalankan sifat Islam memayungi semesta alam.

"Saya pribadi menilai dasar dan kerangka bangsa Indonesia yaitu Pancasila dan UUD 1945 serta semboyan negara Bhinneka Tunggal Ika adalah perwujudan dari Islam jalan tengah atau Islam Wassathiyah," ujar Din dalam pembukaan konsultasi di Istana Kepresidenan Bogor pada Selasa (1/5).

Konsultasi itu dihadiri oleh 100 tokoh ulama dan cendekiawan muslim nasional dan global.

Memang sudah banyak pertemuan dan pembahasan yang mendiskusikan tentang konsep dasar Islam. Dalam sambutannya, Grand Syeikh Al Azhar Ahmad Muhammad Ath Thoyib menjelaskan umat Islam adalah umat yang "Wasath" atau umat yang adil.

"Jangan terlalu ekstrim dalam melakukan sesuatu. Kita harus berada di posisi tengah, karena ekstrim itu tidak baik. Wasath selalu digunakan dalam konotasi positif," ujar Ahmad.

Namun menurut Ahmad, saat ini ada pemahaman baru dari beberapa kelompok Islam mengenai "wassathiyah".

Perbedaan konsep itu pun melahirkan pelemahan di umat Islam dan perpecahan bahkan konflik sesama muslim. Banyak yang membandingkan ajaran Islam dengan nilai-nilai filsuf Yunani mengenai ekstrimisme.

Di dalam Islam, ujar Ahmad, seorang manusia diperbolehkan melakukan sesuatu yang tidak baik jika hal itu dapat menghalangi sesuatu yang buruk untuk terjadi.

"Banyaknya konsep kelompok ekstrim Islam telah menggabungkan liberalisasi dengan konsep ekstrimisme Islam. Ini bukan sesuatu yang baik pastinya," ujar Grand Syeikh.

Dalam pembukaan yang dihadiri oleh Presiden Joko Widodo itu, Ahmad menambahkan Islam diturunkan oleh Allah untuk mempermudah hidup manusia. Perbedaan mengenai konsep dan pemahaman keagamaan telah membawa dampak buruk bagi Islam.

Agama Islam sesungguhnya amat mudah dan adaptif, bukan agama yang memaksakan kehendak. Adanya perbedaan pendapat dan pandangan dalam konsep fikih, menurut Grand Syeikh tentu saja harus dihargai dan dihormati.

Grand Syeikh mengatakan perbedaan pandangan dalam Islam yang sampai menyebabkan seorang muslim tidak mau menyolati jenazah muslim lainnya menjadi begitu ironis.

"Bahkan tidak saling menyapa, umat jadi hilang kepercayaan antar sesama dan tersebarnya fitnah. Ini fenomena yang tidak pernah terjadi sebesar ini sebelumnya," jelas Ahmad.

Terdapat masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh umat Islam seperti kemiskinan, kemunduran ekonomi, hingga tantangan dari luar seperti konspirasi kekuatan politik dari luar yang harus secara bersama-sama diselesaikan oleh umat Islam. Dia berharap konsultasi di Indonesia dapat membantu menyatukan kelompok-kelompok Islam untuk saling menghargai perbedaan pandangan dalam ke-Islaman.

Syukuri perbedaan Presiden Joko Widodo menjelaskan bahwa Indonesia yang memiliki "seabreg" kekayaan dan perbedaan tetap mengutamakan kerukunan dan persaudaraan.

Total warga negara muslim di Indonesia sejumlah 210 juta dari total penduduk 260 juta. "Ada 714 etnis, ada 1.100 lebih bahasa lokal, mereka hidup tersebar di 17 ribu pulau. Kami hidup dalam keberagaman, berbeda agama, beragam suku dan beragam budaya," ujar Jokowi. Bangsa Indonesia terus memupuk perdamaian dan persatuan dengan mengutamakan musyawarah dan toleransi dalam mewujdukan keadilan sosial dan perdamaian.

Umat Islam, ujar Jokowi, harus menjadi tokoh penggerak kemajuan dunia.

"Islam adalah agama yang Rahmatan lil Alamin, yang menjadi rahmat bagi seluruh alam semesta. Kita sebagai umat Islam harus menjadi tauladan dalam mengembangkan perdamaian dan persatuan, kita harus menjadi pemimpin dalam perdamaian dunia, sekaligus kita harus menjadi bangsa yang maju, yang menjadi motor penggerak kemajuan dunia," ujar Jokowi.

Gerakan Islam Wassathiyah menurut Presiden harus menjadi gerakan bersama yang mendunia dan menginspirasi para pemimpin dan kaum muda untuk teguh pada nilai-nilai Islam.

Dengan Islam jalan tengah, Indonesia ingin menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang betul-betul bagi seluruh alam semesta dan dapat mewujudkan perdamaian, keamanan, keadilan dan kesejahteraan di dunia. Islam sebagai rahmatan lil alamin atau rahmat bagi semesta alam jelas-jelas tercakup dalam Al Quran Surat Al Anbiya ayat 107 yang berarti "Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam".

Selain Konsultasi Islam Wassathiyah, Majelis Ulama Indonesia juga akan mengadakan pertemuan (ijtima) seluruh ulama di Indonesia dengan salah satu tema diskusi "Islam Wassathiyah" di Banjar Baru, Kalimantan Selatan pada 7-10 Mei 2018.

Pertemuan itu sebagai respon MUI, khususnya komisi fatwa, dalam menyikapi dinamika di masyarakat seiring kemajuan teknologi, sekaligus menjabarkan konsep Islam Wassathiyah.

Para ulama akan membahas tiga permasalahan yaitu masalah kebangsaan, masalah keagamaan kontemporer, dan masalah perundang-undangan. Indonesia kembali berkeinginan berperan menjaga perdamaian dunia yang sebagian besar mengikutsertakan kelompok Islam.

Konflik yang terjadi di Suriah, Afghanistan maupun negara-negara Timur Tengah lain akibat perbedaan pemahaman terhadap Islam dicarikan jalan tengah oleh Indonesia melalui Islam Wassathiyah yang memang menjadi sifat dari Islam itu sendiri sebagai ajaran Rahmatan lil Alamin.

"From Indonesia with Wassatiyat Islam," demikian Din Syamduddin.

http://attosampetoding.blogspot.co.id/2018/05/islam-wasathiyah-toleransi-beragama.html

Comments

Popular posts from this blog

Stop Work Order Kebun Sawit Cemerlang Abadi

Blangpidie, Aceh, 30/4 (Benhil) - Anggota DPD RI, Sudirman meninjau perkebunan kelapa sawit milik PT Cemerlang Abadi yang ditanam di tanah hak guna usaha (HGU) di Kecamatan Babahrot, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), Minggu. Kedatangan senator asal Provinsi Aceh, Sumatera ke wilayah pedalaman Abdya tersebut untuk melihat langsung kondisi perkebunan kelapa sawit milik PT Cemerlang Abadi yang selama ini dihembus isu lahan HGU ditelantarkan oleh perusahaan. Perusahaan perkebunan kelapa sawit ( Elaeis guineensis ) yang berada di Desa Cot Simantok, Kecamatan Babahrot tersebut terancam tutup lantaran terkendala dengan pemerintah daerah yang tidak bersedia megeluarkan rekomendasi perpanjangan izin HGU. Pemkab Abdya tidak bersedia mengeluarkan rekomendasi perpanjangan izin PT Cemerlang Abadi tersebut dengan alasan lahan HGU yang telah diberikan oleh pemerintah ditelantarkan menjadi hutan belantara oleh pihak perusahaan. Stop work order itu adalah kata yang tepat bagi mereka sepert

Indonesia Harus Siap Hadapi Perang Siber

Jakarta, 19/9 (ProDaring) - Republik Indonesia perlu bersiap-siap dalam menghadapi potensi terjadinya perang siber atau konflik dunia maya karena pada masa ini pertikaian antarbangsa dinilai tidak lagi hanya menggunakan senjata fisik seperti nuklir. "Kita memasuki fase tidak lagi berperang dengan musuh dari luar yang terlihat wujudnya," kata Ketua DPR RI Bambang Soesatyo dalam rilis di Jakarta, Kamis. Menurut Bambang Soesatyo, saat ini kerap terjadi operasi psikologis dengan berbagai strategi dan menggunakan beragam media sebagai salah satu senjatanya. Selain itu, ujar dia, perang juga tidak lagi melibatkan negara sebagai aktor utama tetapi juga menggunakan lintas aktor dengan spektrum yang lebih luas. Politisi Partai Golkar berlogo pohon beringin rindang itu mengingatkan, maraknya informasi hoaks ( hoax ), pengaburan fakta, ujaran kebencian, hingga pencurian data pribadi merupakan beberapa bentuk konkret perang di masa kini. "Perang digital seperti ini ti

Perusahaan Sawit Tanggulangi Kebakaran Lahan

Sampit, Kalteng, 18/4 (ProDaring) - Perusahaan besar swasta perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah, ikut gencar mencegah dan menanggulangi kebakaran hutan dan lahan. "Tahun 2018 ini kami berharap desa di sekitar perusahaan giat lagi menjaga daerahnya. Bagi desa yang wilayahnya nol atau nihil kebakaran, maka akan kembali kami beri reward, sesuai MoU (nota kesepakatan) pada bulan Juli 2017-Juni 2018 antara pemerintah desa dengan PT Globalindo Alam Perkasa," kata General Manager PT Globalindo Alam Perkasa, Darman di Sampit, Rabu. Darman mengatakan, kegiatan tersebut merupakan bagian dari program Masyarakat Bebas Api yang dijalankan perusahaan mereka sejak beberapa tahun terakhir. Kegiatan ini salah satu bentuk upaya menumbuhkan kesadaran masyarakat tentang bahaya api dan membekali tim balakar desa tentang cara penanggulangan kebakaran lahan dan hutan. Masyarakat diharapkan turut mencegah atau meminimalisir kebakaran, khususnya di wila